Nasrullah |
MEDIAWARTA.NET, BANJARMASIN-Belakangan maraknya berita-berita copas yang beredar belakangan ini membuat prihatin sejumlah penggiat jurnalistik di Kalsel. Saling ambil berita atau comot media lain tanpa izin sepengetahuan dari media maupun wartawan yang menulis berita itu.
Nasrullah yang juga pemerhati media dan antropolog Kalsel, mengaku prihatin dengan banyaknya produk jurnalistik sampah yang bertebaran.
Ia juga menegaskan adanya indikator rendahnya kemampuan menulis berita dari jurnalis tersebut, tetapi tidak semua jurnalis yang melakukan hal yang sama, hanya saja ada oknum wartawan seperti itu.
"Biasanya ini terjadi pada media online yang tidak memiliki redaksional yang bagus, artinya tidak ada editor yang menjaga kualitas berita, sehingga wartawan itu yang menjadi pewarta dan sekaligus editornya juga, " katanya, kepada pewarta ini, Minggu (2/4/2024).
Kata dia, karena membuat media online sangat mudah sehingga terjadi saling ambil berita dan ditambah tidak ada pelatihan jurnalis pada media tersebut.
"Kita sesama wartawan berbagi berita itu hal yang wajar saja, yang parah lagi berita tersebut tulisannya kacau baik dari pengetikan, struktur bahasa, tidak bisa membedakan berita dan opini, hal itu sangat mempengaruhi kualitas berita kita, "terangnya Dosen Antroplog dan ahli bahasa ini.
Ia menyebutkan, ini juga dipengaruhi kecepatan informasi, misalkan ada satu peristiwa, semua berebut untuk saling cepat naik beritanya tanpa mempertimbangkan isi maupun tulisan berita.
"Dulu saya pernah mengkritisi sebuah berita media online, ibaratnya ada seorang penyanyi tetapi dengan suaranya sumbang, sehingga sakit telinga kita mendengarnya, seperti itu juga dengan menulis berita. Makanya perlunya ada organisasi wartawan agar bisa meningkatkan kapasitas menulis berita yang baik dan sesuai kode etik jurnalistik, " ucapnya dengan satir
Ia menambahkan, makanya kita perlu banyak belajar lagi sebagai jurnalistik, jangan sampai karena oknum wartawan yang buat berita tersebut, yang lain juga kena imbasnya.
"Kita perlu ahli dewan pers, akademisi, ahli hukum dan lain- lain, agar bisa mengkritisi media dan informasi yang disajikan bisa tersampaikan ke masyarakat serta membantu mencerdaskan bangsa, " tambahnya. (Mediawarta.net/tim)