https://schema.org Tangis Seorang Ibu: Rela Jual Ginjal Demi Anaknya, Pemerintah Daerah Dinilai Tutup Mata

test

Tangis Seorang Ibu: Rela Jual Ginjal Demi Anaknya, Pemerintah Daerah Dinilai Tutup Mata

Redaksi
Sabtu, 05 Juli 2025

 

Foto istimewa


MEDIAWARTA.NET, BANJARMASIN — Ketika cinta seorang ibu diuji oleh kenyataan pahit, tak ada lagi batas pengorbanan. Di Kabupaten Tabalong, seorang ibu hanya bisa menatap putri kecilnya yang terbaring lemah di rumah sakit, tak berdaya melawan sakit. Bukan karena pengobatan tak ada, tapi karena uang tak ada.


Dan di tengah keputusasaan itu, kalimat lirih sang ibu mengejutkan banyak orang:


 “Maaf bun, kalau ulun salah. Cuma ingin bertanya… kalau ada orang yang membeli ginjal, saya ingin jual. Untuk anak saya berobat.”




Kalimat yang diketiknya melalui WhatsApp kepada Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Indonesia, Bunda Nona, menyebar luas di media sosial. Bukan hanya mengetuk hati, tapi menusuk nurani. Apakah masih ada negara ketika seorang ibu harus menjual tubuhnya demi menyelamatkan anak.



Putri kecil itu awalnya dirawat di RSUD Badaruddin Kasim Tabalong, lalu dirujuk ke RSUD H. Hasan Basry Kandangan. Namun hingga kini, pengobatan terhambat karena keterbatasan biaya. Di sinilah sistem kesehatan publik kembali menunjukkan cacatnya. Di saat rakyat kecil menjerit, Pemerintah Daerah justru seperti kehilangan suara.


 "Saya sangat terpukul," ucap Bunda Mona saat ditemui awak media. "Apa harus menunggu seorang ibu benar-benar kehilangan ginjalnya dulu, baru pemerintah bergerak (05/07/2025).




Organisasi yang dipimpinnya, IWO Indonesia dan LSM Macan Asia, langsung menginisiasi penggalangan dana. Tapi ia menegaskan, ini bukan sekadar urusan bantuan. Ini adalah persoalan kemanusiaan yang menuntut tanggung jawab negara.


 “Tak ada orangtua di dunia ini yang dengan ringan hati ingin menjual ginjal. Jika seorang ibu sampai berpikir demikian, maka ada yang sangat salah dengan sistem kita. Pemerintah Daerah harus malu,” ujarnya tegas.




Masyarakat pun mulai bergerak. Bantuan berdatangan. Namun di balik solidaritas warga, muncul desakan kepada Pemerintah Daerah agar tidak lagi menutup mata terhadap jeritan rakyat miskin yang sulit mengakses layanan kesehatan.


 “Kami minta rumah sakit memberi klarifikasi penuh atas dugaan kelalaian. Dan kepada Pemerintah Daerah, jangan sekadar hadir di acara-acara seremonial. Hadirlah di tengah luka masyarakatmu,” kata Bunda Mona lagi, dengan mata berkaca-kaca.




Hingga kini, kondisi sang anak masih kritis dan butuh penanganan lebih lanjut. Namun waktu tak menunggu. Dan pertanyaan paling pedih tetap menggantung di langit-langit nurani kita.


"Haruskah seorang ibu benar-benar kehilangan ginjalnya. agar Pemerintah Daerah sadar bahwa rakyatnya sedang sekarat," pungkasnya Bunda Mona dengan sedih


Editor redaksi 

Related Posts