Istimewa |
MEDIAWARTA.NET, Banjarmasin -Memasuki tahun-tahun politik, euforia politik sangat luar biasa, yang dirasakan Pendiri Ambin Demokrasi Kalsel Winardi Sethiono, satu hal yang sering dilupakan. Karena orang yang berkecimpung atau yang mengikuti situasi euforia, akan lupa. Hal ini ditegaskan Winardi, jangan sampai terjadi, terutama untuk Kaum Millenial.
Winardi mengingatkan, agar Kaum Millenial harus mempertajam atau memperkuat wawasannya terhadap makna politik. Jangan sampai ada tindakan acuh tak acuh.
“Jadi kepedulian dari Kaum Millenial itu terhadap politik sangat penting. Dan politik itu sebenarnya tidak jahat, karena kehidupan kita sehari-hari juga penuh dengan politik. Jangan kita asumsikan bahwa politik itu tidak baik,” ungkap Winardi, Kamis (4/5/2023) di sela-sela kegiatan Dialog yang digelar di sebuah Rumah Makan di Banjarmasin.
Katanya, politik tidak baik apabila digunakan oleh orang-orang bertujuan tidak baik. Apalagi sudah dijalani pada tahun politik sebelumnya yang Kaum Millenial pada tahun sebelumnya tidak mencoblos, acuh terhadap hal ini. Akibatnya, sangat kurang sosok pemimpin.
“Andaikata ada juga Legislatif yang terpilih, itu hampir tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Pusat maupun daerah. Karena orientasinya bukan orientasi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Akan tetapi ada orientasi-orientasi lain,” Winardi menambahkan.
Sehingga kedepannya, tegas Winardi, dalam Pemilu 2024 jangan sampai berfikir bahwa bila ada uangnya coblos, bila tidak uangnya tidak dicoblos. Jangan sampai berfikir demikian.
“Kewajiban kita adalah memberikan suara kita terhadap orang-orang yang kita pilih. Jadi kita lihat visi dan misinya. Kalau visi dan misinya sudah melenceng, kita berhak untuk menuntut. Tapi kalau sudah kita dibayar, apa yang bisa kita tuntut. Ini yang saya tekankan,” tegas Winardi.
Sedangkan Koordinator Ambin Demokrasi Kalsel Noorhalis Majid mengatakan, Kaum Millenial harus peduli dengan Pemilu, karena banyak yang tidak peduli dan menganggap Pemilu bukan urusan anak-anak millenial, tapi urusan orangtua. Namun setelah mereka peduli, baru mereka harus akses kepada semua calon dan sekarang lebih mudah untuk mengetahui profil caleg. Setelah itu baru menentukan pilihan caleg-caleg yang menurut mereka pantas untuk menduduki posisi-posisi tersebut.
“Sekarang ini jaman keterbukaan, lebih mudah. Ketik nama caleg tersebut (di internet), maka jejak rekamnya aka nada di situ. Jadi jejak rekamnya yang tidak jelas, apalagi yang jejak rekamnya buruk, jangan dipilih. Anak muda mesti melek terhadap itu. Tapi diawali dengan kesadaran bahwa Anak Muda harus berpartisipasi,” tegas Noorhalis.
Katanya, jika anak muda tidak berpartisipasi dalam Pemilu, banyak sekali akan menemui pemilih yang kehilangan suara, karena anak muda jumlahnya sekarang jauh lebih banyak daripada generasi tua.
Ditegaskan, Ambin Demokrasi akan terus memberikan pendidikan politik, pendidikan pemilih, membangun kesadaran masyarakat, agar peduli terhadap Pemilu. Karena kalau masyarakat tidak peduli, maka Pemilu tidak mungkin bisa dilakukan perbaikan dari waktu ke waktu.***juns