![]() |
| Doc |
MEDIAWARTA.NET, BANJARMASIN – Nama Letnan Kolonel (Marinir) Danussaputera mungkin tak lagi akrab di telinga generasi muda. Namun, kiprah dan pengabdiannya dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan, tak terbantahkan. Sahabat dekat Brigjen H. Hasan Basry ini dikenal sebagai pemimpin Divisi IV ALRI yang berani menantang Belanda (NICA) dan menjadi saksi hidup sejarah perjuangan bangsa.
Saat masih berpangkat Kapten, Danussaputera memimpin ekspedisi laut Divisi IV ALRI dari Tuban menuju Kalimantan. Ia pun tercatat sebagai tokoh penting dalam Proklamasi Gubernur Tentara Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan pada 17 Mei 1949 di Hulu Sungai Selatan.
Karier militernya berlanjut hingga menjabat Komandan KRI Teluk Ende (517), kapal kelas Landing Ship Tank M Teluk Banten milik TNI Angkatan Laut. Kini, jasad sang pejuang dimakamkan di Kompleks Pemakaman Sultan Adam, Martapura.
Dalam buku Nasionalisme 3 Zaman, Jalan Panjang Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Kalimantan Selatan karya Wajidi, tercatat sejumlah ekspedisi laut dari Jawa ke Kalimantan. Salah satunya dipimpin langsung oleh Kapten Danussaputera.
Rombongan ekspedisi lain di antaranya TKR Laut Tegal, Husin Hamzah–Firmansyah, PMC, Mayor Tjilik Riwut, “9 Pelopor”, Ekspedisi I dan II pimpinan Letnan Asli Zuchri, ekspedisi Mustafa Ideham–A. Kadir Jailani (Februari 1946), ekspedisi Mustafa Ideham–A. Rizekin (Oktober 1947), serta rombongan Haji Abdul Hamid dari Martapura yang berangkat dari Pekalongan pada 2 Februari 1946 dan tiba di Air Hitam Kecil 17 April 1946.
Di antara para pejuang itu, Hasan Basry—guru agama asal Kandangan yang kemudian menjadi pahlawan nasional—juga menempuh perjuangan serupa. Kontribusi Danussaputera dalam ekspedisi ini menegaskan perannya yang tak terpisahkan dari sejarah perlawanan di Kalimantan Selatan.
Catatan sejarah juga merekam kiprah Danussaputera dalam perundingan penting dengan Belanda. Pada 17 Oktober 1949, ia hadir sebagai Ketua Delegasi ALRI dalam pertemuan di kediaman Gubernur Kalimantan di Banjarmasin. Bersama Kapten Gusti Aman, ia berhadapan dengan delegasi Belanda yang dipimpin Letkol H.J. Veenendal. Pertemuan ini turut dihadiri Ketua Delegasi RI Jenderal Mayor Suharjo Harjowardoyo serta perwakilan UNCI, Mayor William D. Edmond, sebagai saksi.
H. Gerilyansyah Basrindu, putra Mayor Basrindu sekaligus penghubung keluarga almarhum, mengenang Danussaputera sebagai senior sekaligus sahabat seperjuangan ayahnya di Divisi IV ALRI Pertahanan Kalimantan.
“Lingkup perjuangan orang tua saya lebih terfokus di daerah Bungkukan dan Tanjung Batu (sekarang Kotabaru), sedangkan almarhum bergerak di wilayah yang lebih luas. Waktu beliau masih hidup, kami sering bertemu, termasuk dengan sohib beliau H. Mursyid Arif. Kami juga bersahabat dengan putranya, Raden Bambang Istana, yang kini berdomisili di Jakarta,” ungkapnya, Sabtu (27/9/2025).
Gerilyansyah—kini anggota Dewan Paripurna DHD 45 Provinsi Kalimantan Selatan—menambahkan, pertemanan dan persaudaraan para pejuang merupakan warisan berharga yang menghubungkan generasi perjuangan dengan penerusnya.
Untuk mengenang jasa sang pahlawan, Dewan Harian Daerah Kejuangan 45 Kalimantan Selatan (DHD 45 Kalsel), bersama DHC 45 Kabupaten Banjar dan keluarga besar Letkol (L) Danussaputera, akan menggelar upacara pemasangan tiang bendera merah putih di makamnya, Minggu (28/9/2025).
“Besok, DHD 45 Kalsel bersama DHC 45 Banjar dan keluarga beliau akan melaksanakan pemasangan tiang bendera merah putih di makam Letkol (L) Danussaputera sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan kepahlawanan beliau,” tutur Gerilyansyah, yang juga Dewan Penasihat SMSI Kalimantan Selatan.
Keteladanan Letkol Danussaputera menjadi pengingat bahwa kemerdekaan lahir dari pengorbanan besar. Pemasangan bendera merah putih di makamnya bukan sekadar simbol penghormatan, melainkan pesan moral agar generasi muda menjaga semangat juang 1945.
Jurnalis: Adam NW Basrindu


